Hiburan

Punya Bukti kalau Lebih Cepat dari Quartararo, Pantas Morbidelli Muka Badak meski Bikin Motor Ducati ‘Sunmori’ di MotoGP

226
×

Punya Bukti kalau Lebih Cepat dari Quartararo, Pantas Morbidelli Muka Badak meski Bikin Motor Ducati ‘Sunmori’ di MotoGP

Sebarkan artikel ini

TelkomTelstra.Co.Id – Posisi ke-18 menjadi hasil akhir yang diraih Franco Morbidelli dalam balapan MotoGP Portugal yang dihelat di Sirkuit Algarve, Portimao, Portugal, Minggu (26/3/2024).

Morbidelli menjadi 1 dari 2 pembalap yang gagal memanfaatkan insiden tabrakan antara Marc Marquez (Gresini Racing) dan Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo).

Dengan Marquez yang turun posisi dari ke-4 menjadi ke-16 karena benturan dengan Bagnaia, Morbidelli masih tertinggal sejauh 12 detik.

Runner-up MotoGP 2020 tersebut pun masih belum melepaskan dari label ‘Sunmori’ alias Sunday Morning Ride, sindiran di kalangan fan bagi pembalap yang selalu berada di belakang.

Posisi ke-16 menjadi pencapaian terbaik Franky, sapaan akrab Morbidelli, dalam sprint maupun lomba dari dua seri pertama MotoGP 2024 yang telah berjalan.

Padahal, Morbidelli dibekali Ducati Desmosedici GP24, motor yang sama dengan milik Bagnaia dan Bastianini di tim pabrikan maupun rekan setimnya yaitu Jorge Martin yang baru saja menang.

Potensi yang dimiliki pembalap tertua di Akademi Pembalap VR46 itu masih menjadi tanda tanya karena tetap saja pelan kendati sudah mengendarai Ducati.

Meski begitu, Franky says relax! Morbidelli tetap punya alasan untuk merasa tenang setelah akhir pekan lombanya kemarin.

“Kami mempertahankan kurva pembelajaran kami dengan motor ini dan saya bisa pulang dengan cukup puas,” ucap Morbidelli, dilansir dari Crash.net.

Pembalap berusia 29 tahun itu tidak menampik bahwa dia juga tidak sepenuhnya puas karena kesalahan start membuatnya kehilangan kesempatan untuk melawan.

“Secara hasil belum puas karena saya melakukan kesalahan saat start. Saya mengalami start yang buruk dan terjebak di dalam grup. Saya melebar dan kemudian terjatuh.”

“Setelah itu hasilnya lepas dari tangan, tetapi ritmenya sangat bisa diterima sangat baik.”

“Tetap saja, saya perlu mempelajari semuanya tetapi kami menyadari beberapa hal baik akan datang. Kami hanya perlu terus berusaha dan meningkatkannya,” ucapnya.

Mengenai ritme lomba, Morbidelli tidak salah. Kecepatan Juara Dunia Moto2 2017 itu memang bersanding dengan rival-rivalnya yang mengisi posisi 10 besar.

Morbidelli mampu mencapai pace standar di sana yaitu 1 menit 39 detik dengan mudah. Dia melakukannya sebanyak 18 lap dalam balapan yang berdurasi 25 lap.

Mengesampingkan lap pertama dan lap terakhir di mana Morbidelli jauh dari kata ideal, waktu lombanya bahkan lebih baik daripada Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha).

Mantan rekan setim Morbidelli tersebut finis di posisi ketujuh.

Adapun total waktu putaran El Diablo dari lap ke-2 hingga ke-24 lebih pelan daripada Franky dengan 38 menit 15,3 detik berbanding 38 menit 13,9 detik.

Tentunya, ada perbedaan saat melaju sendirian dengan di dalam rombongan sebagaimana situasi yang dihadapi kedua pembalap kemarin.

Perbandingan Ritme Morbidelli dan Quartararo di MotoGP Portugal 2024

Morbidelli juga menghindar saat kembali diminta membandingkan antara motor baru (Ducati) dan lamanya (Yamaha) walau untuk alasan yang lain.

“Saya tidak ingin membuat perbandingan karena itu tidak adil. Saya ingin tetap bersikap sopan dalam hal ini,” kata pembalap blasteran Italia-Brasil ini.

“Apa yang bisa saya katakan adalah saya merasa baik. Saya merasa sangat baik dengan motor ini (Ducati, red).”

“Jika Anda melihat ritmenya saat lomba, tanpa kebebasan dalam berkendara dan dengan masih memiliki kekurangan, ritmenya masih bagus.”

“Ritmenya masih bagus untuk berada di posisi enam atau tujuh.”

“Saya terkesan dengan hal itu. Saya terkesan dengan motornya dan merasakan banyak potensi darinya,” tandasnya.

Kiprah Morbidelli dalam musim pertamanya bersama motor Ducati memang tidak mulus setelah cedera kepala memaksanya untuk melewatkan seluruh tes pramusim.

Morbidelli menuturkan bahwa dia masih berada di tahap meraba-raba peranti yang ada di atas motornya sehingga belum bisa mengendarainya secara natural.

“Kekurangan terbesar saya dengan motor ini adalah pengetahuan dan kebebasan untuk melakukan hal-hal dengan refleks,” ungkap Morbidelli.

“Saya berpikir terlalu banyak tentang mengaktifkan perantinya, tuas persneling yang berbeda dari yang biasa saya gunakan.”

“Saya tidak benar-benar fokus pada berkendara dan memaksimalkannya. Itulah yang terjadi jika kita tidak memiliki jam terbang dan kami kekurangan akan hal itu.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *