TelkomTelstra.Co.Id – Bagi Yolla, ini merupakan kali kedua dia menjadi kapten tim setelah sebelumnya pernah menjadi kapten pada 2018
“Saat di BNI kemarin saya mengganti posisi kapten yang sebelumnya dipegang pemain asing.”
Sejak pertama kali berlaga pada Proliga 2004, tim voli putri Jakarta Electric PLN sudah mengoleksi enam trofi, yakni edisi 2004, 2009, 2011, 2015, 2016, dan 2017.
Prestasi ini membuat Jakarta Electric PLN tercatat sebagai klub putri dengan gelar juara Proliga terbanyak sepanjang sejarah.
“Saya sudah menjadi bagian tim dari 2009 dan pernah merasakan gelar pada 2015 dan 2016. Sekarang ingin bawa lagi ke puncak,” ucap pemain 29 tahun itu.
Saat menjadi bagian dari Electric saat juara, Yolla mengaku akan mengadaptasi daya juang untuk kembali meraih kesuksesan pada Proliga 2024.
“Saya merasakan pada 2015 dan 2016 itu kami susah dan senang bersama, daya juangnya tidak mau kalah. Jadi, saya ingin menerapkan itu di sini.”
“Saya tidak ingin adik-adik cepat menyerah sebelum bertanding, takut dengan lawan. Saya ingin menerapkan mindset ke mereka bahwa sebelum bertanding kita tidak boleh kalah. Kita harus punya fighting spirit yang besar.”
Saat menjadi juara, Electric dilatih oleh pelatih asal China yang menerapkan pola latihan keras.
“Sebenarnya ada plus-minusnya latihan seperti itu. Daya juang kami benar-benar dilatih. Tetapi memang jeleknya itu ke badan kami, jadi gampang cedera. Pokoknya rapuh ototnya, karna memang ototnya over trained.”
“Pelatih sekarang ini sistemnya sama, tetapi lebih santai, tidak terlalu berat. Namun, daya juangnya tetep kena, jadi yang ini balance, antara di lapangan dan recovery badannya juga bagus,” ucap Yolla.
Tahun ini, Electric dilatih oleh Chamnan Dokmai (Thailand), sementara pemain asing diisi oleh Katerina Zhidkova (Azerbaijan) dan Indre Sorokaite (Italia).
“Sekarang sudah ‘mengerikan’ sekali pemain pemain asingnya. Kalau pemain lokal kami sudah tahu bagaimana bermainnya, tetapi pemain asingnya sekarang semua kualitasnya luar biasa,” ujar pemain posisi middle blocker itu.
“BIN, Popsivo, BJB. Jadi, memang semuanya harus diwaspadai, tidak ada yang underdog atau apa. Kami harus mewaspadai semua tim.”
“Dengan melihat kekuatan lawan, kami harus yakin terus. Mau menang atau kalah atau apa pun hasilnya yang penting pertama kami harus optimis.”
“Kalau misalnya kami mau bertanding dan sudah pesimis, sudah kalah duluan itu, tidak mungkin menang.”
Terkait pemain asing, Yolla mengatakan bahwa keduanya cukup baik dalam berdaptasi.
“Apalagi pemain asal Italia ini memang aktif sekali dan memang kami membutuhkan outside hitter seperti itu.”
“Untuk posisi opposite kami tahu sendiri lah mainnya seperti apa, lebih santai gitu, kalau outside hitte lebih defense, passing, smash, dia seagresif itu.”
“Pemain dari Italia baru bergabung satu minggue karna memang sebelumnya banyak mengikuti liga. Jadi, dia baru selesai tampil pada liga Jepang.”
Di tengah kompetisi Proliga 2024, Yolla akan mengikuti try out Liga Voli Korea 29 April-1 Mei di Jeju Hall Gymnasium.
Yolla sebelumnya tampil pada Fun Volleyball melawan Red Sparks.
“Setelah Fun Volleyball saya merasakan perbedaan permainan dari tempo. Indonesia bermain satu demi satu, pemain Korea semua sudah bergerak,” ujar Ibu satu putra itu.
“Dan kami sudah diajarkan oleh pelatih sehingga membantu adaptasi saat try out KOVO (Federasi Bola Voli Korea) nanti.”
“Kenapa milih try out ke korea? karena memang pertama mereka juga butuh pemain asing Asia. Saya juga lebih suka budaya Korea dan Jepang, dari cara bermainnya, cara disiplinnya mereka saat latihan,” tutur Yolla.
“Saya ingin menunjukkan dan mengubah kebiasaan permainan pemain Indonesia, Saya dari indonesia sudah seperti ini cara bermainnya. Saya ingin mengubah sistem diri saya sendiri.”
Kesuksesan Megawati Hangestri Pertiwi pada Liga Voli Korea bersama Red Sparks menjadi salah satu motivasi Yolla mengikuti try out di Korea.
“Pastilah semua orang pasti merinding sekali melihat Mega seperti itu. Dia bisa membawa timnya menjadi tim yang hebat. Pasti jadinya memacu yang lain. Mega bisa kesana, dan sukses.”
“Kami juga mungkin bisa, apalagi kami dilatihnya dengan berbeda kultur jadi mungkin ada kesempatan, tidak menutup kemungkinan.”
“Kebutuhan pemain di Korea itu sebenernya lebih ke cara bermainnya. Mau sekencang apa pun, sehebat apa pun, kalau tidak pintar bermainnya masih kurang.
“Jadi di Korea dan Jepang membutuhkan pemain yang cepet, apalagi sebagai middle blocker aku kadang insecure karena tinggi badan saya cuma 181 cm.”
“Biasanya itu middle blocker tingginya 190 cm. Saingannya postur tubuhnya tinggi-tinggi. Insecure-nya di situ, jadi mau tidsk mau harus coba. Kalau tidak mencoba kami tidak akan tahu.”
Saat uji coba di Korea, Yolla akan mencoba untuk posisi middle blocker.
“Pertama saya bilang ke agen, apakah saya bisa dua posisi saat try out antara middle blocker dan opposite. Tetapi, dari agensi mengatakan ternyata cuma bisa satu posisi,” kata Yolla
“Ternyata ada pemain yang mendaftar dua posisi. Jadi, kami lihat nanti apakan bisa mendaftar di dua posisi.”
“Prosesnya dari agensi yang pertama menyodorkan nama dulu, setelah nama disetujui, kami mengirim video, setelah video lolos, masuk seleksi kedua ikut try out ke korea. Misalnya ada draft juga nanti masuk, baru tes fisik dan doping.”
Rencananya, Yolla akan bertolak ke Negeri Ginseng pada 27 April.
“Saya kebetulan bertanding pada 26 April, 28-30 April try out. Habis itu kembali ke Indonesia dan mulai beranding di sini lagi 2 Mei. Jadi, jadwalnya juga mendukung.”
“Tim Electric sangat mendukung dan bangga saya mengikuti try out. Biasanya klub agak susah untuk melepas kepergian atletnya, apalagi sedang ada pertandingan dan saya menjadi kapten.”