Hiburan

Perang Saudara di Malaysia Saat Timnas U-23 Indonesia Fokus Hadapi Uzbekistan

252
×

Perang Saudara di Malaysia Saat Timnas U-23 Indonesia Fokus Hadapi Uzbekistan

Sebarkan artikel ini

TelkomTelstra.Co.Id – Indonesia memastikan lawannya di babak empat besar itu setelah Uzbekistan menghabisi juara bertahan Arab Saudi 2-0.

Dalam duel di Stadion Internasional Khalifa, Al Rayyan, Jumat malam lalu, kedua gol itu Uzbekistan itu dipersembahkan Khusayin Norchaev dan Umarali Rakhmonaliev.

Duel tersebut diwarnai kartu merah terhadap striker andalan Arab Saudi Aiman Yahya.

Kemenangan itu menjadi pembalasan setimpal karena pada edisi terakhir 2022 saat menjadi tuan tuan rumah, Uzbekistan dipermalukan Arab Saudi dengan skor serupa di final.

Pelatih Timnas U-23 Indonesia Shin Tae-yong tahu betul Uzbekistan tim yang sangat kuat.

Tim Asia Timur itu selalu tampil di Piala Asia U-23 sejak pertama kali bergulir tahun 2013 dan merebut mahkota juara pada edisi 2018 di China.

Namun, Shin Tae-yong menegaskan, pasukannya kini sudah tak takut tim mana pun sejak menyingkirkan Korea Selatan.

Pelatih asal Korea Selatan tersebut bahkan sudah membayangkan final.

“Saya tak bisa mengatakan bahwa kami tak bisa memenangkan kejuaraan ini. Jelas, kami bisa mencapai final,” tegasnya.

Timnas U-23 Indonesia pernah bertemu Uzbekistan dalam uji coba di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, 3 Mei 2018, dengan hasil 0-0.

Namun, Shin Tae-yong pernah mengalahkan tim berjuluk Serigala Putih Muda itu saat mengasuh Timnas U-23 Korea Selatan.

Kala itu, dalam duel persahabatan di Stadion Grand Hamad, Doha, Qatar, 13 Januari 2016, Korea Selatan menang 2-1.

Kini, di tengah fokus Timnas U-23 Indonesia menyiapkan diri menghadapi Uzbekistan, keributan pecah di Malaysia.

Timnas U-23 Malaysia tersingkir tanpa kemenangan antara lain akibat dikalahkan Uzbekistan 2-0 di fase grup.

Respons kegagalan total dari kapten Harimau Muda Mukhairi Ajmal Mahadi di Piala Asia U-23 itu menimbulkan “perang saudara” dengan seniornya, Safee Sali.

Pertengkaran itu bermula dari komentar Mukhairi seusai Malaysia ditekuk Kuwait 2-1 dalam laga terakhir grup.

Dalam wawancara dengan Astro Arena, dengan wajah sedih Mukhairi mengatakan, “Mungkin ini bukan tempat terbaik bagi saya, mungkin di tempat lain. Saya tahu orang-orang tidak melakukannya seperti saya, tidak apa-apa.”

“Orang-orang mengharapkan saya tampil bagus, mereka mengira saya satu-satunya yang bermain di lapangan. Karena saya sudah lama berada di sini, saya harus mengambil tanggung jawab sebagai kapten,” ucapnya.

Safee, mantan kapten Timnas Malaysia, terkejut mendengar ucapan juniornya tersebut.

Dia mengingatkan, tanggung jawab seorang kapten adalah menyemangati rekan-rekannya dan memimpin mereka melewati keadaan yang menantang.

Safee menekankan bahwa seorang kapten harus membangkitkan kepercayaan diri dan semangat juang dalam timnya, terutama ketika keadaan menjadi sulit.

“Setiap kekalahan mengundang sorotan dan kritik, pemain harus menghadapinya secara profesional.

“Meskipun wawancara (Mukhairi) merupakan reaksi spontan, namun juga menjadi pengalaman pembelajaran yang berharga,” tegas legenda Malaysia berusia 40 tahun itu.

Sosok yang mempersembahkan trofi Piala AFF 2010 itu mengatakan, para pesepak bola perlu menjawab pertanyaan media dengan tenang dan rasional, namun hal itu memerlukan pelatihan khusus.

Mukhairi mengakui penampilannya buruk di Piala Asia U-23 2024 yang membawa bencana bagi Malaysia.

Harimau Muda kalah di semua pertandingan grup mereka, mulai dari 0-2 dari Uzbekistan, 0-2 lagi kontra Vietnam, dan terakhir 1-2 melawan Kuwait.

Para pencinta sepak bola Malaysia sangat kecewa dan kini menunggu keputusan federasi sepak bola negeri itu.

Mereka menuntut pengunduran diri Presiden FAM Hamidin Mohd Amin.

Suara tuntutan penggantian pelatih Juan Torres Garrido juga terdengar kencang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *